Jumat, 15 Oktober 2010

PENGARUH BENTUK, PERSEBARAN, DAN POTENSI MUKA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN

Setelah mempelajari kegiatan ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pengaruh
muka bumi terhadap kehidupan, dan menjelaskan persebaran bentuk muka bumi,
serta potensinya sebagai penunjang kehidupan.
Tanpa terasa kini Anda sudah memasuki kegiatan belajar 3. Tentu saja dari
kegiatan 1 Anda sudah belajar banyak tentang pegunungan, gunung, dataran
rendah, dataran tinggi, atau lembah yang merupakan hasil aktivitas tenaga
endogen. Kemudian dalam kegiatan 2 Anda sudah belajar tentang tenaga eksogen
terutama proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Tenaga endogen dan eksogen ini telahmembentuk permukaan bumi yang begitu kompleks. Pada kegiatan 3 ini Anda akan
mempelajari tentang bagaimana pengaruh bentuk, persebaran, dan potensi muka bumi
terhadap kehidupan manusia.

A. Pengaruh Bentuk Muka Bumi terhadap Kehidupan
Seperti telah Anda pelajari dalam pembahasan sebelumnya bahwa permukaan bumi
mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun revolusi (cepat). Perubahan
ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen. Terbentuknya pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga endogen.
Begitu pula proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi sebagai tenaga eksogen
berpengaruh terhadap pembentukan muka bumi. Adanya keragaman bentuk muka bumi
ini menyebabkan perbedaan berbagai aspek, antara lain : iklim, kesuburan tanah, tata
air, dan unsur-unsur lainnya.
Perbedaan semua aspek tersebut tentu saja berpengaruh terhadap mahluk hidup
(tumbuhan, hewan, dan manusia) di sekitarnya. Pernahkah Anda berfikir, kenapa hampir
di setiap daerah memiliki kekhasan tumbuhan, hewan, dan juga kehidupan manusia.
Mengapa pohon kurma hanya tumbuh subur di daerah Arab (padang pasir)? Mengapa
pohon teh dan kopi tumbuh subur di daerah pegunungan? Mengapa Jerapah lehernya
panjang? Mengapa orang Eskimo selalu memakai baju tebal? Atau mengapa kebiasaan
nelayan menangkap ikan pada malam hari padahal secara logika lebih terang pada
siang hari? Dan mungkin banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa di benak Anda.
Semua gejala itu merupakan adaptasi atau penyesuaian mahluk hidup terhadap alam
sekitarnya.
Memang mahluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Atau lebih
khususnya mahluk hidup juga tidak bisa bertahan hidup apabila tidak bisa menyesuaikan
diri dengan alam sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa orang Eskimo memakai baju

tebal, karena di sana iklimnya dingin. Begitu pula para nelayan menangkap ikan di malam hari karena angin darat yang berhembus ke laut membantu mereka dalam perjalanan ke tengah laut.
Akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap lingkungan ini melahirkan kebiasaan
yang berbeda. Corak kehidupan di daerah pegunungan berbeda dengan manusia yang
tinggal di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Pada bahasan kali ini kita fokuskan
pada pengaruh bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan dan
dataran rendah dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian, bentuk
rumah, dan sistem transportasi.

1. Kehidupan di daerah pegunungan
Bagi Anda yang tinggal di daerah pegunungan tentunya bisa berceritera banyak
tentang kehidupan manusia di sekitarnya. Pegunungan atau gunung memiliki iklim
yang sejuk. Karena angin yang datang dari arah laut setelah mencapai daerah
pegunungan dan gunung, naik ke atas. Akhirnya angin menjadi lebih dingin, sehingga
menimbulkan awan terjadilah hujan di sekitarnya.
Banyaknya hujan ini di samping tanahnya subur (banyak mengandung humus)
menimbulkan tumbuh suburnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan lebat dengan
berbagai jenis tumbuhan subur. Adanya hutan lebat ini menahan terjadinya tanah
longsor dan banjir di saat terjadinya hujan. Hutan juga dapat menyimpan air, sehingga
di sekitarnya banyak ditemukan mata air yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup.
Hutan juga berfungsi menetralisir polusi udara. Oleh karena itu hutan terutama hutan
tropis sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Secara umum daerah pegunungan dapat digolongkan menjadi dua yaitu daerah
pegunungan rendah dan daerah pegunungan tinggi. Daerah pegunungan rendah
memiliki ketinggian berkisar 600 s.d. 1.500 meter, sedangkan daerah pegunungan
tinggi memiliki ketinggian sekitar 1.500 s.d. 2.500 meter di atas permukaan laur.
Adanya perbedaan ketinggian ini tentu saja berpengaruh terhadap iklim. Daerah
pegunungan rendah memiliki suhu antara 17 s.d. 22 derajat Celcius, sehingga daerah
ini sering disebut daerah sedang. Daerah seperti ini misalnya di pegunungan Sulawesi
Utara, Pegunungan Kidul, Pegunungan Muler, dan daerah lainnya. Daerah
pegunungan tinggi memiliki suhu udara yang sejuk yaitu berkisar antara 11 s.d. 17
derajat Celcius. Daerah seperti ini contohnya di Dataran Tinggi Bandung, Bukit
Barisan, Pegunungan Dieng, Pegunungan Tengger, dan daerah lainnya. Karena suhu
udaranya yang sejuk ini, pakaian penduduk biasanya tebal.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan untuk berbagai kebutuhan
manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan, mebel, bahan kertas, dan lainnya.
Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan rotan, buah-buahan, getah, dan lainlain.
Oleh karena itu penduduk sekitar hutan banyak yang bermata pencaharian
mencari hasil hutan, seperti kayu bakar, kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah
untuk dijual ke daerah perkotaan.
Di daerah pegunungan juga dihasilkan bahan tambang, seperti biji besi, tembaga,
nikel, timah putih, emas, perak dan jenis bahan tambang lainnya.Tambang belerang
juga umumnya ditemukan di daerah sekitar gunung api. Adanya jenis bahan tambang
ini tentu juga berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk setempat. Di sekitar
daerah pertambangan, banyak penduduk yang bermatapencaharian menjadi buruh
tambang. Bakan tidak sedikit di antara mereka bertindak sebagai penambang liar.
Misalnya di daerah Kalimantan Tengah ditemukan daerah penambangan emas liar
yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang subur, karena disamping daerah
vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kesuburan tanah ini berpengaruh
terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya. Umumnya penduduk daerah
pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan perkebunan. Tanaman
yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran, dan berbagai jenis buahbuahan.
Di daerah pegunungan rendah banyak pula yang menanam padi dan
tembakau sebagai mata pencaharian mereka. Hasil pertanian dan perkebunan ini
selain mereka konsumsi sendiri, juga dijual ke daerah perkotaan dalam memenuhi
keperluan hidup mereka.
Kebiasaan penduduk di daerah pegunungan menyesuaikan dengan alam sekitar
mereka. Di daerah pegunungan tinggi biasanya memakai pakaian yang tebal terutama
pada malam dan pagi hari, karena suhu udara terasa dingin. Rumah mereka biasanya
dibangun di lereng. Rumah di daerah tinggi yang dingin dibuat tertutup agar hangat.
Sedangkan di daerah rendah dibuat terbuka dengan ventilasi lebar agar udara dapat
bebas bersirkulasi. Umumnya rumah mereka mengelompok pada daerah yang agak
datar. Pengelompokan perumahan ini biasanya membentuk ikatan kekeluargaan
yang erat, sehingga kehidupan mereka tampak rukun dan damai. Di daerah
pegunungan rendah rumah biasanya dibangun pada sebuah dataran tinggi, sehingga
dapat menampung penduduk yang relatif banyak. Biasanya daerah pegunungan
rendah ini penduduknya lebih padat dibandingkan daerah pegunungan tinggi.
Gambar 15. Jalan Raya Kawasan Puncak Bogor.
Daerah pegunungan memiliki alam yang berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukit
dipisahkan oleh lembah, lereng atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang
menguntungkan dalam bidang transportasi. Untuk berjalan kaki saja dirasakan berat,
karena harus mendaki (naik dan turun). Oleh karena itu pembangunan jalan raya
atau jalan kereta api relatif sulit dan memerlukan biaya besar. Namum jika daerah
pegunungan berhasil dibangun jalan raya atau jalan kereta, hasilnya sangat menarik.
Misalnya jalan raya di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat yang berkelok-kelok,
apabila dilihat dari bagian atas atau dari udara sungguh indah. Begitu pula jalan
kereta api di sekitar Purwakarta Jawa Barat atau Lembah Anai Sumatera Barat tampak
indah dihiasi banyaknya jembatan yang menghubungkan antar bukit, bahkan jalan
kereta api harus menembus gunung (terowongan). Adakah di daerah Anda jalan
yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah atau bukit-bukit yang
dihubungkan dengan jembatan atau terowongan?
Sampai di sini bisa dipahami? Jika masih belum paham, coba baca kembali terutama
bagian yang dianggap sulit. Apabila sudah paham, mari kita lanjutkan pada kehidupan
di daerah dataran rendah.

2. Kehidupan di daerah dataran rendah
Umumnya dataran rendah di Indonesia merupakan dataran hasil endapan oleh air,
atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial, tanahnya subur dan
sangat baik untuk daerah pertanian, perkebunan, pemukiman, atau juga untuk industri.
Apalagi daerah seperti ini yang dialiri sungai dapat lebih memenuhi kebutuhan air
tawar untuk pertanian, perumahan, dan juga industri. Kalau kita membuka sejarah,
memang nenek moyang kita umumnya hidup di sekitar aliran sungai. Oleh karena
itu biasanya daerah yang dekat dengan aliran sungai penduduknya padat sehingga
banyak daerah pinggir sungai yang berkembang menjadi kota.
Bahan endapan aluvium mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Karena
itu di wilayah ini mempunyai air tanah yang banyak. Hal ini dapat kita perhatikan
daerah di sekitar Jakarta. Di Jakarta penduduknya padat. Hampir semua rumah
memiliki dan menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi untuk
industri, perkantoran, atau hotel memerlukan air tanah yang sangat banyak. Bisa
dibayangkan berapa juta liter air yang disedot setiap harinya di areal Jakarta.
Umumnya dataran rendah dan delta sangat baik untuk lahan pertanian. Pengolahan
tanah bisa lebih mudah karena tanahnya datar dan tidak keras. Pengaturan air, dan
transportasinya juga lebih mudah bila dibandingkan daerah dataran tinggi. Karena
itu di daerah ini mata pencaharian penduduknya banyak yang bertani. Tanaman
yang cocok adalah padi, tebu, jagung, kelapa, dan palawija. Umumnya pertanian di
daerah ini memiliki areal yang luas dan bisa menghasilkan produksi pertanian yang
besar. Misalnya di jalur pantai Utara Jawa Barat merupakan salah satu penghasil
padi terbesar, sehingga sering disebut lumbung padi nasional.
Daerah dataran rendah juga dapat berupa daerah pantai. Umumnya penduduk yang
tinggal di sekitar pantai bermatapencaharian sebagai nelayan. Ada pula di beberapa
daerah para nelayan selain menangkap ikan laut, mereka juga membudidayakan
tambak. Misalnya di pantai Timur Sumatera dan pantai Utara Jawa tidak sedikit para
nelayan yang membudidayakan tambak udang. Lain halnya dengan di sekitar pantai
curam, seperti di pantai Selatan Pulau Jawa, penduduknya selain sebagai nelayan
juga bercocok tanam.
Dalam kenyataannya tidak semua dataran rendah tanahnya subur. Daerah rawarawa,
seperti di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya tanahnya tidak subur.
Karena terlalu lama tergenang oleh air, sehingga unsur haranya sudah habis tercuci.
Daerah rawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian kecil rawarawa
yang dimanfaatkan sebagai sawah pasang surut atau dijadikan tambak udang,
misalnya di rawa-rawa sempit daerah Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah
lainnya.
Dataran rendah mempunyai ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut.
Suhu udaranya berkisar antara 22 s.d. 27 derajat Celcius, sehingga termasuk daerah
panas. Di Indonesia banyak ditemukan daerah dataran rendah, misalnya pantai Timur
Sumatera, pantai Utara Pulau Jawa, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, pantai
Utara Irian Jaya, dan banyak lagi daerah lainnya. Karena udaranya panas, biasanya
bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak, sehingga
memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang relatif tipis
dan sejuk. Mereka biasanya menghindari pakaian dari bahan yang tebal.
Dataran rendah umumnya berpenduduk padat. Begitu pula kota-kota besar juga
umumnya berada di dataran rendah. Sebut saja kota Jakarta, Medan, Semarang,
Surabaya, Banjarmasin, dan banyak lagi kota lainnya semuanya berada di dataran
rendah. Barangkali Anda bertanya kenapa hampir semua kota berada di dataran
rendah, tidak di pegunungan? Dataran rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga mudah dibangun, tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup. Semua itu mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Karena itu dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata
pencaharian penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang, industri, maupun bergerak dalam bidang jasa.
Pembangunan sarana transportasi di dataran rendah juga lebih menguntungkan.
Perjalanan bisa lebih cepat karena jalannya lurus dan tidak mendaki. Biaya
pembuatan dan pemeliharaan jalan juga lebih murah dan mudah. Tidak heran di
dataran rendah banyak ditemukan jenis sarana transportasi, mulai dari sepeda, beca,
motor, mobil, kereta api, pesawat udara, dan lain-lain. Di sebagian dataran rendah
juga banyak yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Misalnya di
daerah Sumatera dan Kalimantan banyak penduduk yang menggunakan perahu
sebagai sarana transportasi di sungai.
Untuk lebih memahami tentang materi ini, coba Anda analisa daerah di sekitar tempat
tinggalmu, apakah daerah dataran rendah atau dataran tinggi. Kemudian jelaskan
bagaimana keadaan alamnya, tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian,
bentuk rumah, dan sistem transportasi. Selanjutnya diskusikan hasilnya dengan teman
dekatmu, kemudian laporkan hasilnya pada gurumu.

B. Sebaran Bentuk Muka Bumi dan Potensinya
1. Sebaran bentuk muka bumi
Melalui pembahasan sebelumnya Anda sudah paham bahwa bentuk muka bumi
tidak sama. Muka bumi kita ada yang merupakan daerah pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, lembah, dan lain-lain. Perbedaan bentuk muka bumi
ini sebenarnya merupakan potensi penunjang kehidupan manusia.
Dengan memperhatikan peta di bawah ini, Anda bisa membandingkan bentuk muka
bumi dan sebarannya. Coba Anda analisa di mana sebaran dataran rendah,
pegunungan sedang, pegunungan tinggi, atau daerah-daerah lainnya yang dapat
Anda analisa dari peta di bawah ini! Hasilnya diskusikan dengan temanmu!
Gambar 17. Peta Indonesia dan persebaran bentuk muka bumi.

2. Potensi lahan bagi kehidupan
Sebaran bentuk muka bumi berpengaruh terhadap cara pemanfaatan lahan, baik
untuk keperluan pertanian, industri, pemukiman, perdagangan dan keperluan lainnya.
Oleh karena itu pengetahuan tentang bentuk muka bumi ini sangat penting artinya
dalam menunjang kehidupan manusia.
Lahan (land) merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik ini bisa berupa relief/topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik adalah tumbuhan, hewan, dan manusia. Secara umum lahan ini dapat digolongkan
pada 2 jenis yaitu lahan potensial dan lahan kritis.
a. Lahan potensial
Lahan potensial bisa diartikan sejauh mana sebuah tanah bisa bermanfaat secara
optimal bagi kehidupan manusia. Ini berarti lahan ini tidak hanya berhubungan
dengan bercocok tanam tetapi bisa untuk keperluan lain yang bermanfaat.
Misalnya sebidang tanah bisa saja tidak potensial untuk dijadikan bercocok tanam
(pertanian), tetapi sangat potensial dijadikan pemukiman atau daerah industri.
Kriteria mengukur lahan potensial tentu saja tidak sama disesuaikan dengan
bentuk muka bumi. Berikut ini kita bahas potensi lahan pertanian di daerah
pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1) Daerah pegunungan
Lahan potensial di daerah pegunungan memiliki kemiringan antara 15 s.d.
30% dengan ketinggian 10 s.d. 300 meter dari permukaan laut. Daerah ini
intensitas erosi relatif kecil walaupun curah hujannya besar. Kesuburan tanah
bergantung pada batuan induk pembentukan pegunungan serta tingkat
pelapukannya. Jika batuan dari hasil vulkanisme, maka tanahnya cukup subur.

Daerah potensial pegunungan ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai daerah
perkebunan. Hambatan daerah ini antara lain bahaya longsor, erosi, atau
tanah rayap. Usaha penanggulangannya dapat menanam pohon pelindung,
teknik pengolahan tanah (sengkedan), dan lain-lain.
2) Daerah dataran rendah
Lahan potensial di daerah dataran rendah memiliki ciri, di antaranya
kemiringan antara 3 s.d. 15% dengan perbedaan ketinggian antara 5 s.d. 10
meter dari permukaan laut. Lahan ini relatif memiliki pengikisan yang kecil,
sedangkan tata airnya cukup baik. Umumnya tanah merupakan hasil endapan
aluvial hasil erosi yang diangkut oleh air sungai yang mengalir dari daerah
vulkanis, sehingga tanah ini memiliki kesuburan yang tinggi.
Lahan ini sangat baik dimanfaatkan untuk pertanian intensif. Kendalanya
adalah terutama adanya gangguan genangan air yang cukup lama, apalagi
setelah banjir. Penanggulangannya perlu dilakukan penggunaan tanah secara
teratur disesuaikan dengan kondisi fisis setempat dan pembuatan atau
perbaikan saluran air.
3) Daerah pantai
Lahan potensial di daerah pantai memiliki kemiringan kurang dari 3% dan
perbedaan tinggi kurang dari 5 meter, serta umumnya terdapat pada pantai
yang datar. Adanya kemiringan dan perbedaan tinggi rendah, maka lahan
pantai ini terletak pada daerah pasang surut air laut. Karena subur, daerah
ini banyak ditumbuhi pohon bakau. Hutan bakau ini sangat bermanfaat untuk
menahan abrasi dan mencegah perembesan air laut.
Gambar 18. Usaha tambak udang.
Lahan potensial di daerah pantai dapat dimanfaatkan untuk usaha tambak
udang dan bandeng. Kendalanya adalah adanya pasang surut air. Tetapi
dengan membuat sistem saluran dan pengaturan air yang tepat dapat
mengatasi kendala tersebut. Selain itu daerah ini bisa dimanfaatkan untuk
usaha penggaraman dan usaha wisata bahari.
Tampaknya materi kita makin menarik. Silakan Anda menarik nafas sejenak,
merenggangkan otot, atau boleh minum kopi atau teh untuk menyegarkan
tubuh. Jika sudah, mari kita lanjutkan pada lahan kritis.

b. Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang, baik
dalam bidang pertanian, industri, pemukiman, atau keperluan lainnya. Jika lahan
kritis dihubungkan dengan pertanian, maka lahan kritis yang dimaksud adalah
lahan tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi. Di lahan kritis biasanya
sifat-sifat fisik dan kimia tanah sudah hilang. Begitu pula hampir seluruh lapisan
tanah paling atas (lapisan subur) juga sudah hilang. Hal ini disebabkan oleh
cepatnya proses erosi dan transportasi pada tanah tersebut, sementara proses
pembentukan tanah memakan waktu yang relatif lama. Berikut ini kita bahas
lahan kritis di daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1) Daerah pegunungan
Lahan kritis di daerah pegunungan disebabkan oleh adanya longsor, erosi,
atau tanah rayap. Lapisan tanah yang paling atasnya hampir habis. Sisanya
tinggal tanah tandus bahkan dalam bentuk tanah cadas (keras). Lahan kritis
ini banyak dijumpai di lereng terjal dengan tanah terbuka dan tandus, atau di
pegunungan yang hutannya sudah rusak.
2) Daerah dataran rendah
Di dataran rendah juga ditemukan lahan kritis. Lahan ini biasanya disebabkan oleh genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan tertentu yang menutupi lapisan tanah yang subur. Penyebab utamanya adalah tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga ketika hujan terjadi air tidak bisa mengalir dan tergenang di daerah itu.
3) Daerah pantai
Terjadinya abrasi biasanya menyebabkan terjadinya lahan kritis di sekitar pantai, karena lapisan sedimen akan hancur dan lenyap. Kejadian ini biasanya terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut besar. Lahan kritis terjadi karena ketidakseimbangan pemanfaatan dan pengolahan atau kecerobohan dalam pengolahan lahan. Oleh karena itu lahan kritis sebenarnya bisa ditanggulangi, di antaranya dengan cara mencegah penebangan hutan yang berlebihan, reboisasi (penanaman kembali pohon) pemupukan yang seimbang terutama penggunaan pupuk alami, serta pengolahan tanah yang tepat, misalnya dengan membuat sengkedan.
Tidak terasa kini Anda telah menyelesaikan modul ini. Bagaimana, Anda bisa paham? Jika belum paham coba ulangi sekali lagi! Nah, kalau sudah paham silakan Anda kerjakan tugas 3!

KEGIATAN 3
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Coba Anda jelaskan mata pencaharian penduduk di daerah pegunungan!
2. Apa kesulitan membangun sarana transportasi di daerah pegunungan?
3. Sebutkan 3 contoh dataran rendah yang ada di Indonesia!
4. Mengapa dataran rendah kandungan air tanahnya banyak?
5. Apa sebabnya daerah rawa kurang cocok untuk bercocok tanam?
6. Apa yang disebut dengan lahan potensial?
7. Jelaskan manfaat lahan potensial di daerah pantai!
8. Jelaskan upaya untuk menanggulangi lahan kritis!
Setelah Anda selesai menjawab tugas 3 ini, cocokkan jawaban Anda dengan kunci tugas
yang terdapat pada akhir modul. Jika Anda mampu menjawab benar semua atau menjawab
benar minimal 6 dari 8 soal tersebut, selamat! Silakan Anda minta tes akhir modul pada guru
bina. Namun apabila masih belum mencapai minimal 6 soal yang benar apalagi salah semua,
Anda diharuskan untuk mempelajari kembali materi kegiatan 3.
Selamat mengerjakan tugas 3.

PELAPUKAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI

Setelah mempelajari kegiatan ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pelapukan
beserta penggolongannya, menjelaskan erosi, dan menjelaskan sedimentasi.
Tentunya Anda sudah paham bahwa bentuk permukaan bumi ini disebabkan
oleh adanya dua tenaga, yaitu tenaga endogen dan eksogen. Pada kegiatan 1,
Anda sudah belajar banyak tentang tenaga endogen. Pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga
endogen. Bentuk permukaan bumi itu akan mengalami perubahan melalui tenaga eksogen.
Nah, bahasan kali ini kita akan memfokuskan pada tenaga eksogen yang lebih difokuskan
pada pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
A. Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi
karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu
pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang
lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan
secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa
disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau
perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya
bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
a. Akibat pemuaian
Tahukah Anda bahwa batuan ternyata tidak homogen, terdiri dari berbagai mineral,
dan mempunyai koefisien pemuaian yang berlainan. Oleh karena itu dalam
sebuah batu pemuaiannya akan berbeda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan
matahari akan terjadi peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan
dan koefisien pemuaian tersebut.
b. Akibat pembekuan air
Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan.
Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa
masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori
batuan itu menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan
menjadi pecah.
Kegiatan Belajar 2

c. Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari
menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan hancurnya batuan.
d. Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam
Penghancuran batuan terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara
siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan
mengembang. Sedangkan pada malam hari temperatur turun sangat rendah
(dingin). Penurunan temperatur yang sangat cepat itu menyebabkan batuan
menjadi retak-retak dan akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping.
Pelapukan seperti ini Anda bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur
Tengah (Arab) temperatur siang hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan
pada malam hari turun drastis dan bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada
saat turun hujan, terjadi penurunan suhu, yang menyebabkan batuan menjadi
pecah.
Rasanya pembahasan kali ini makin menarik dan mudah dipahami. Sekarang
kita lanjutkan pada macam pelapukan lainnya yaitu pelapukan kimiawi.
2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya
yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa
air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara.
Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air
itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada
permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil
pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah
tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
a. Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat
pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang
disebut karren.
b. Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur
yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin
dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong.
Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi
terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin
diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi
karena runtuhnya atap gua kapur
Gejala karst berikutnya adalah pipa karst yang bentuknya seperti pipa. Gejala ini
terjadi karena larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi proses pelarutan
batuan, maka disebut pipa karst korosi. Namun jika terjadi karena tanah terban,
pipa karst itu disebut pipa karst terban atau disebut juga yama-type.
Gambar 10a. Aven-type Gambar 10b. Yama-type

c. Gua kapur
Jika Anda berkunjung ke daerah kapur, biasanya di daerah ini banyak terdapat
gua. Pada gua ini sering dijumpai stalaktit dan stalakmit. Stalaktit adalah endapan
kapur yang menggantung pada langit-langit gua (atas). Bentuknya biasanya
panjang, runcing dan tengahnya mempunyai lubang rambut. Sedangkan stalakmit
adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (bawah). Bentuknya tidak
berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalaktit dan stalakmit bisa
bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).
3. Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu
dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan
bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat
sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua
ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis.
Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia.
Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan
batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media
penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan
batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Untuk lebih menambah wawasan, sekarang Anda amati proses pelapukan biologis
di sekitar Anda. Hasilnya diskusikan dengan teman Anda dan laporkan pada gurumu.
B. Erosi
Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan
yang dilakukan oleh air, angin, atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah
terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat
mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam.
Air laut juga bisa menyebabkan erosi. Apabila Anda perhatikan di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya akan bertambah kuat.
Angin bisa menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan
material yang diangkutnya di daerah gurun menabrak gunung-gunung batu, sehingga
bisa berubah menjadi patung-patung alam. Pengikisan batuan oleh angin ini disebut
korasi.
Gletser adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi pengikisan.
Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah palung sungai
berbentuk V menjadi berbentuk U.
Sampai di sini bagaimana? Untuk menyegarkan tubuh, silakan Anda menggerakkan
tubuh sejenak atau minum air dulu. Jika sudah segar kembali, mari kita lanjutkan!

C. Sedimentasi
Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah.
Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih
besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir
misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat
lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi? Sedimentasi adalah peristiwa
pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada
saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya
sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan
diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini
biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan
atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian
mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk
delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Bagaimana pengendapan terjadi di darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari
pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup
angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya,
guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di
Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang
Tritis Yogyakarta.
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di
laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil
pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Pengendapan di laut dapat menghasilkan:
1. Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa
banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 4 macam, yaitu:
a. Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung.
Biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai
membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta
Missisippi.

b. Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya
cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya
delta Tiger dan Nil.

c. Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai
kerucut. Delta ini makin lama makin sempit.
Gambar 13. Delta Runcing.
d. Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut
sungai.

2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan.
Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.
3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silikon.
Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.

Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami
penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida
silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam dan menghasilkan bongkahan,
maka pengendapan ini disebut breksi. Namun apabila bongkahan itu terdiri dari batubatu
bulat akan menghasilkan konglomerat.
Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka
waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang lebih tinggi.
Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan
adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan berubah
menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo.
Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat menghasilkan dataran
rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan endapan akan mengendap
di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya dataran rendah Pulau Jawa,
atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil sedimentasi.
Apakah sampai di sini Anda bisa paham? Jika Anda masih ragu-ragu, coba pelajari
sekali lagi! Amati pula gambar dan penjelasannya dengan teliti! Apabila sudah benarbenar
paham, tugas Anda selanjutnya adalah mengerjakan tugas di bawah ini.

KEGIATAN 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan apakah yang disebut dengan pelapukan!
2. Pelapukan mekanis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Coba sebutkan 3 penyebab pelapukan mekanis tersebut!
3. Penghancuran batuan yang dilakukan oleh mahluk hidup disebut apa?
4. Jelaskan apa yang dimaksud erosi!
5. Jelaskan apa yang dimaksud sedimentasi
6. Delta dapat dikelompokkan menjadi 4 macam. Coba jelaskan macam-macam delta
tersebut!
Setelah Anda selesai menjawab tugas 2 ini, cocokkan jawaban Anda dengan kunci tugas
yang terdapat pada akhir modul. Jika Anda mampu menjawab benar semua atau menjawab
benar minimal 4 dari 6 soal tersebut, silakan Anda lanjutkan mempelajari kegiatan belajar 3.
Namun apabila yang benar hanya 3, 2, atau 1 nomor, apalagi salah semua, Anda diharuskan
untuk mempelajari kembali materi kegiatan 2.
Selamat mengerjakan tugas 2.

RELIEF MUKA BUMI DAN VULKANISME

Setelah mempelajari kegiatan beljar ini diharapkan Anda dapat:
1. menjelaskan perbedaan tenaga eksogen dan endogen;
2. menyebutkan bentuk-bentuk muka bumi di daratan;
3. menyebutkan bentuk-bentuk muka bumi di lautan;
4. menyebutkan gejala-gejala vulkanisme;
5. menyebutkan gejala pasca vulkanisme;
6. menyebutkan pemanfaatan vulkanisme; dan
7. menjelaskan permasalahan vulkanisme.
Jika Anda pernah jalan-jalan di pegunungan, dataran rendah, pinggir pantai atau
menyelam di dasar laut, tentu Anda akan mendapatkan keindahan alam yang
luar biasa. Memang bentuk muka bumi indah. Permasalahan yang mendasar
kenapa permukaan bumi ini tidak rata? Di sekitar lingkungan kita ada dataran
tinggi, dataran rendah, lembah, bukit, gunung, atau pegunungan. Begitu pula di laut, seperti
di daratan bentuknya tidak rata. Apakah yang menyebabkan permukaan bumi ini tidak rata?
Terjadinya bentuk muka bumi tersebut diakibatkan oleh adanya dua tenaga yaitu tenaga
endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam
bumi. Sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari permukaan bumi. Untuk
lebih jelasnya tentang kedua tenaga ini, Anda ikuti penjelasan berikut dengan seksama.
A. Tenaga Endogen dan Eksogen

1. Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan
bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata
(datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau
pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah
atau jurang.
Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme,
dan seisme atau gempa.
a. Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
terjadinya dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan pada kulit bumi dan
batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang mempengaruhinya,
tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa dan epirogenesa.

Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi
daerah yang relatif sempit. Gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan.
Contohnya terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik.
Sedangkan gerak epirogenesa adalah kebalikan dari gerak orogenesa. Gerakan
ini sangat lambat, dan meliputi areal yang sangat luas.
Bila permukaan bumi bergerak turun, sehingga permukaan laut tampak seolaholah
naik, maka gerak epirogenesa disebut gerak epirogenesa positif. Contohnya
terjadi di pantai Timor dan pantai Skandinavia. Sebaliknya gerak epirogenesa
negatif terjadi apabila permukaan bumi naik, sehingga tampak seolah-olah
permukaan air laut turun. Contohnya terjadi di Teluk Hudson.

b. Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua gejala alam yang terjadi akibat adanya aktivitas
magma. Bagaimana terjadinya vulkanisme? Vulkanisme sebenarnya sebagai
akibat dari kegiatan tektonisme. Kegiatan tektonisme ini akan mengakibatkan
retakan-retakan pada permukaan bumi yang menyebabkan aliran lava dari bagian
dalam litosfer ke lapisan atasnya bahkan sampai ke permukaan bumi. Kegiatan
magma itulah yang dinamakan vulkanisme. Hasilnya dapat dilihat pada gunung
berapi. Uraian tentang vulkanisme ini Anda pelajari dalam penjelasan selanjutnya.
c. Seisme (gempa)
Pernahkah Anda mengalami gempa? Jika pernah, apa yang Anda rasakan?
Benar, bumi atau lantai yang kita pijak terasa bergoyang. Gempa bumi bisa terjadi
siang atau malam hari. Mungkin saja di siang hari Anda sedang duduk di kursi,
tiba-tiba kursi bergoyang, air dalam gelas bergoyang dan tumpah, gantungan
listrik berayun, pintu dan jendela berderak, dan tiba-tiba di luar orang-orang
berteriak, gempa... gempa... Gempa seperti ini mungkin pernah atau sering terjadi
di daerah Anda. Bahkan gempa bisa menimbulkan petaka yang hebat, misalnya
menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, banjir, gelombang pasang, bahkan bisa menelan korban mahluk hidup termasuk manusia. Misalnya gempa yang
terjadi di Tokyo Jepang tahun 1933 menelan korban 60.000 manusia dan 300.000
rumah hancur. Sekarang coba Anda sebutkan di daerah mana saja gempa yang
terjadi di Indonesia! Ya benar, misalnya gempa yang terjadi di Bengkulu, atau di
Nusa Tenggara Timur yang menewaskan banyak orang.
Tahukah Anda apa yang menyebabkan terjadinya gempa? Zaman dulu di
beberapa daerah konon ada yang percaya bahwa gempa disebabkan bumi ini
terletak di ujung tanduk sapi (dewa). Sang Sapi mendapat laporan bahwa bumi
ini sudah kosong oleh orang-orang baik. Bumi ini hanya diisi oleh orang jahat.
Sehingga Sang Sapi menggoyangkan kepalanya untuk memberikan peringatan
pada manusia melalui gempa.
Tentunya Anda tidak akan percaya dengan cerita di atas. Sesungguhnya gempa
terjadi akibat getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi.
Bagaimana getaran itu terjadi? Kerak bumi ini merupakan lempengan yang kaku.
Di daerah yang labil, lapisan litosfer ini mengalami perubahan letak. Misalnya di
satu bagian terangkat ke atas, sedangkan di bagian sebelahnya menurun atau
bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada perbatasan antara dua bagian
yang bergeser ini menimbulkan ketegangan yang lama-kelamaan akan patah
yang mendadak. Patahan yang mendadak itulah yang menimbulkan getaran
gempa.
Tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan gempa ini bermacam-macam.
Karena itu gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, bentuk
episentrumnya, letak hiposentrumnya, jarak, dan letak episentrumnya.
Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa
tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan:
1) Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang terkuat dan bisa meliputi
wilayah yang luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik
yaitu berupa patahan atau retakan.
2) Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada saat gunung
berapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi,
sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik.
3) Gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua yang
terdapat di dalam litosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang. Gempa
ini relatif lemah dan hanya terasa di sekitar tempat runtuhan terjadi.
Masih banyak penggolongan jenis gempa. Misalnya berdasarkan bentuk
episentrumnya, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gempa linier dan gempa
sentral. Gempa linier yaitu episentrumnya berupa garis. Sedangkan gempa sentral
yaitu episentrumnya berbentuk suatu titik. Berdasarkan letak kedalaman
hiposentrumnya dibedakan menjadi tiga macam gempa, yaitu gempa dalam,
gempa intermedier (menengah), dan gempa dangkal. Berdasarkan jarak
episentrumnya, gempa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gempa setempat,
gempa jauh, dan gempa sangat jauh. Berdasarkan letak episentrumnya, gempa
dapat dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat.

Sekarang tugas Anda mencari penjelasan pengelompokan jenis gempa tersebut!
Berikan pula contoh-contohnya. Jenis gempa apa saja yang pernah terjadi di
daerah Anda? Diskusikan dengan temanmu dan beritahukan hasil diskusimu
pada guru bina/pamong! Jika sudah selesai, kita lanjutkan pada materi
selanjutnya!

2. Tenaga Eksogen
Pernahkah Anda melihat pengikisan pantai? Setiap saat air laut menerjang pantai
yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan
yang dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi
dangkal. Di daerah pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian
hari semakin kecil akibat tiupan angin.
Ilustrasi di atas merupakan contoh tenaga eksogen. Jadi tenaga eksogen adalah
kebalikan dari tenaga endogen, yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum
tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari
tenaga endogen. Bukit atau tebing tadi yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis
oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Secara umum tenaga
eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:
a. Atmosfere, yaitu perubahan suhu dan angin.
b. Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser,
dan sebagainya.
c. Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.

Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh
tenaga eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta
sedimentasi. Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau
vulkanisme. Mula-mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian
puing-puing yang telah hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan
hanya grafitasi bumi. Hasil pengangkutan itu kemudian diendapkan, ditimbun di bagian
lain yang akhirnya membentuk timbunan atau hamparan bantuan hancur dari yang
kasar sampai yang halus.
Bagaimana sampai di sini bisa dipahami? Jika masih belum coba baca kembali
terutama bagian yang dianggap sulit. Bagi Anda yang sudah paham, bagus! Kita
lanjutkan pada bentuk-bentuk muka bumi di daratan.
B. Bentuk-Bentuk Muka Bumi di Daratan
Coba Anda perhatikan bentuk permukaan bumi di sekitar tempat tinggal Anda. Mungkin
Anda berada di daerah pegunungan, gunung, bukit, dataran tinggi, dataran rendah,
lembah, ngarai/canyon, atau bentuk lainnya. Seperti telah dijelaskan dalam bahasan
sebelumnya, perbedaan bentuk muka bumi ini disebabkan oleh tenaga endogen dan
eksogen. Untuk memahami lebih jauh tentang bentuk muka bumi khususnya di daratan,
Anda pelajari penjelasan berikut.
1. Gunung
Anda pernah melihat gunung atau mungkin mendakinya. Jika dipandang dari kejauhan
gunung sungguh pemandangan yang indah. Gunung adalah bentuk muka bumi yang
berbentuk kerucut atau kubah yang berdiri sendiri. Pada beberapa gunung ditemukan
juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya masih
jelas.
Umumnya gunung merupakan gunung berapi. Gunung berapi ini ada yang masih
utuh dengan kepundan di tengahnya, misalnya gunung Ciremai, gunung Muria,
gunung Dompo Batang, dan banyak lagi gunung lainnya. Ada pula gunung berapi
yang hanya merupakan sisa dari gunung api lama yang telah terpotong-potong oleh
letusan yang hebat pada masa lampau, misalnya gunung Burangrang yang
merupakan sisa gunung api Sunda di Jawa Barat, dan Pulau Sertung yaitu bagian
sisi gunung Krakatau.
Bentuk gunung menjulang tinggi, yang berguna sebagai penahan awan. Akibatnya
daerah yang ada di daerah bawah dan sekitar gunung bisa sering terjadi hujan.
Adanya hujan ini bisa menjadikan hutan. Hutan dapat berfungsi menyimpan air,
akibatnya di sekitar hutan sering ditemukan mata air dan sungai-sungai yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan mahluk hidup.
Coba cari gunung di sekitar tempat tinggal Anda, kemudian bandingkan apakah
gunung itu masih utuh atau sisa dari letusan gunung berapi. Anda jelaskan pula
manfaat gunung di sekitar tempat tinggalmu. Hasilnya diskusikan dengan teman
Anda, kemudian laporkan pula hasil diskusi kepada guru bina!

2. Pegunungan
Apa bedanya antara gunung dan pegunungan? Tadi telah dijelaskan di atas bahwa
gunung merupakan bentuk muka bumi yang menjulang tinggi berbentuk kerucut
atau kubah dan berdiri sendiri. Sedangkan pegunungan merupakan suatu jalur
memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak lainnya,
misalnya Pegunungan Yura di Prancis dan Pegunungan Panini di Inggris. Di Indonesia
juga banyak ditemukan pegunungan. Coba Anda diskusikan dengan teman,
pegunungan yang ada di Indonesia. Benar jawaban Anda, pegunungan dimaksud
diantaranya Bukit Barisan di Sumatera.
Apa yang menyebabkan terjadinya pegunungan? Pegunungan terbentuk pada waktu
terjadinya gerak kerak bumi yang dalam dan luas. Karena itu daerah pegunungan
biasanya relatif luas. Secara sederhana dapat kita membedakan pegunungan tua
dan pegunungan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah
dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai. Misalnya Pegunungan
Skandinavia dan Pegunungan Australia Timur yang terbentuk pada zaman Primer
(Paleozoikum). Sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi dengan
puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam. Pegunungan lipatan yang paling
muda adalah hasil pengangkatan zaman tertier, misalnya Sirkum Mediterania dan
Sirkum Pasifik.
a. Pegunungan Lipatan
Pegunungan lipatan disebabkan oleh terlipatnya lapisan (strata) sedimen yang
besar karena tekanan dari dalam bumi. Akibat proses pelipatan ini, lebar lapisan
sedimen menciut sedangkan tebalnya bertambah. Lapisan sedimen yang terlipat
itu disebut lipatan atas atau disebut juga antiklinal. Sedangkan lapisan sedimen
yang terlipat ke bawah dinamakan lipatan bawah atau sinklinal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar berikut ini!

b. Pegunungan oleh Pengangkatan Kerak Bumi
Ada pegunungan yang disebabkan oleh pengangkatan kerak bumi. Pengangkatan
kerak bumi ini khususnya sepanjang garis sesar atau garis retakan. Oleh karena
itu gunung ini disebut gunung bungkah atau horst. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut ini!

c. Pegunungan Sisa
Kenapa disebut pegunungan sisa? Pegunungan ini terjadi apabila pegunungan
yang tinggi terkikis oleh denudasi dalam jangka waktu yang lama. Gunung
semacam ini sering juga disebut gunung denudasi atau gunung relik. Denudasi
adalah peristiwa terbukanya atau terkelupasnya batuan asli pada peristiwa
pelapukan.

3. Dataran Tinggi
Dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan disebut dataran tinggi.
Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi
dinamakan juga plato (plateau), misalnya Dataran Tinggi Dekkan, Dataran Tinggi
Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Malang, atau Dataran Tinggi Alas.
Dataran tinggi biisa juga terjadi oleh bekas Kaldera luas, yang tertimbun material
dari lereng gunung sekitarnya. Misalnya Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah) yang
diduga oleh proses seperti itu.

4. Dataran Rendah
Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas sampai
ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Tanah ini biasanya ditemukan di sekitar
pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di Indonesia banyak dijumpai
dataran rendah, misalnya pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa Barat, pantai
selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian barat, dan lain-lain. Dataran rendah terjadi
akibat proses sedimentasi. Di Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi
sungai. Dataran rendah ini disebut dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya
berhadapan dengan pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur,
sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.

5. Lembah
Anda mungkin sering menemukan atau menyebut daerah lembah. Lembah adalah
daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua gunung. Lembah
juga merupakan daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan
daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin.
Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan
lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan.
Sampai di sini mudah, bukan? Sekarang Anda bersama teman menyebutkan gunung,
pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, dan lembah yang ada di propinsimu.
Jika sudah selesai, mari kita lanjutkan pada bentuk muka bumi di lautan.

C. Bentuk Muka Bumi di Lautan
Pernahkah Anda menyelam sampai ke dasar laut? Jika pernah, tentunya Anda bisa
berceritera bahwa seperti halnya di daratan, bentuk muka bumi di lautan juga tidak rata.
Relief dasar laut tidak begitu besar variasinya dibandingkan dengan relief daratan. Hal ini disebabkan karena lemahnya erosi dan sedimentasi. Relief dasar laut terdiri dari bentukan-bentukan berupa:
1. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang.
Contohnya, Palung Mindanau (10.830 meter), Palung Sunda (7.450 meter), dan
sebagainya.
2. Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda, dan
sebagainya.
3. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak
gunung laut muncul tinggi di atas laut. Contohnya, Gunung Krakatau, Maona Loa di
Hawaii.
4. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contohnya,
punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut
atau dua laut yang dalam. Contohnya, Ambang Laut Sulu, Ambang Laut Sulawesi,
Ambang Laut Gibraltar, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di
bawah ini!
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian
daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1. Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua.
Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah
beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa
dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan
biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3. Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman
lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai
pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang
terisolasi.
4. The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar
lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri
adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera
Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
Bagaimana, sudah paham? Jika masih belum, pelajari kembali terutama bagian yang
dianggap sulit. Jangan lupa buat rangkuman isi materi. Kalau sudah paham, kita lanjutkan
pada gejala-gejala vulkanisme.
Dataran Garis pantai
Paparan benua
Lereng benua
Timbulan benua
Gunung laut
Pulau gunung api
Palung laut dalam Igir tengah
lautan
Dataran Abyssal
Celah

D. Vulkanisme
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme.
Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber
tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Lalu apa yang disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi
yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di
dalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar,
walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan
tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan
tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika
gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan
magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.
Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.
Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian
kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat
bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga
membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau
disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar
penampang gunung api), yaitu:
1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan
litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari
dapur magma sampai ke permukaan bumi.
Tentunya Anda masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi,
maka gerakan ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses
keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan
terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa
terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan
memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki
di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga
magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow
Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan
membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung
Vesucius, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi
sentral, yaitu:
1. Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer.
Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng
sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya:
Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2. Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan
yang dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit.
Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata).
Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan
tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau
Danau Eifel di Prancis.
3. Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif
dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya
berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling
banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru,
Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
Sampai di sini tampaknya pembahasan kita makin menarik. Sekarang kita lanjutkan
pada apa gejala yang terjadi pasca vulkanisme tadi.
E. Gejala Pasca Vulkanis
Jika Anda tinggal di dekat gunung api, mungkin pernah mengalami ketika gunung meletus.
Tentunya Anda bisa berceritera apa yang terjadi ketika gunung itu meletus, mengerikan,
menakutkan, atau mungkin membingungkan ketika Anda berlari mencari pertolongan?
Begitu pula setelah gunung itu meletus, apa yang terjadi di sekitar daerah gunung
tersebut?
Pada saat gunung berapi meletus, memuntahkan bahan material dari perut bumi ke
permukaan bumi. Bahan yang dikeluarkan gunung api yang meletus bisa mengeluarkan
wujud padat, wujud cair dan gas. Wujud padat seperti : batu besar, batu kecil, pasir, abu, dan batu apung. Wujud cair bisa berupa lava (aliran magma ke permukaan bumi dengan suhu tinggi) dan lahar panas (lumpur panas campuran lava dan air). Sedangkan wujud gas bisa berupa gas belerang, gas nitrogen, gas asam arang, dan uap air.
Bahan yang keluar dari gunung api; yang padat disebut efflata, yang cair disebut effusif
dan berupa gas disebut ekshalasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini!

Gunung api melakukan aktivitasnya mulai kegiatan yang lemah, meningkat ke lebih kuat,
sampai pada suatu waktu mencapai puncaknya yaitu letusan. Namun sebuah gunung
api akhirnya akan berhenti dari kegiatannya. Gunung api seperti ini biasanya dinyatakan
telah mati.
Gunung api yang dinyatakan mati bukan berarti hilang seluruh kegiatannya. Di sini magma
dalam periode pendinginan, masih tetap menunjukkan sisa kegiatannya. Kegiatan itu
sering disebut gejala pasca vulkanis. Pasca vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa
bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral (mahdani),
dan geyser.
1. Sumber gas
Gas yang dikeluarkan bisa berupa sumber gas belerang (solfatar), sumber gas uap
air atau zat lemas, dan sumber gas asam arang atau disebut mofet. Gas belerang
banyak ditemukan di kepundan gunung api. Sumber uap air (fumarol) yang keluar
dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga geotermal. Sumber uap air ini bisa
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, misalnya di Kamojang Jawa Barat, Dieng
Jawa Tengah, dan lain-lain.
Sedangkan gas asam arang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk
hidup. Sumber gas asam arang dapat muncul sembarang waktu di kepundan gunung
api manapun. Oleh karena itu biasanya petugas Dinas Pengawasan Gunung Api
dari posnya di sekitar gunung, bisa memantau secara terus menerus kegiatan gunung
api tersebut, sehingga dapat memperingatkan penduduk setempat ketika gunung
Gunung Api Perisai Gunung Api Maar
Gunung Api Strato mengeluarkan gas beracun tersebut. Namun ada kalanya gas racun ini keluar secara tiba-tiba , seperti yang terjadi tahun 1979 di kawah Timbangan dan Nila Dieng Jawa Tengah yang menewaskan sekitar 149 jiwa.

2. Sumber air panas
Air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Begitu pula di gunung
api, air hujan meresap ke dalam bergerak ke bagian yang lebih dalam dan mendekati
batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis). Akibatnya air menjadi panas,
bahkan sampai mendidih. Melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar
sebagai mata air panas.Misalnya, sumber air panas di Garut dan Cianjur Jawa Barat,
Baturaden Jawa Tengah, Tretes Jawa Timur, dan di tempat lainnya.
3. Sumber air mineral
Seperti halnya sumber air panas, sumber air mineral terjadi karena pemanasan air
oleh sisa kegiatan vulkanik. Namun dalam sumber air ini terlarut zat kimia produk
gunung api, sehingga air itu mengandung belerang atau zat kimia lain. Sumber air
mineral ini banyak ditemukan di daerah sekitar gunung api yang aktif atau yang
sudah istirahat, misalnya di Maribaya dan Ciater sekitar gunung Tangkuban Perahu
Jawa Barat.
4. Geyser
Geyser adalah sumber mata air panas yang memancar secara berkala. Geyser terjadi
karena gas panas yang asalnya dari batuan magma memanaskan bagian bawah air
yang terdapat dalam celah di dalam bumi. Uap air yang terjadi tidak dapat
mengadakan sirkulasi sampai ke permukaan bumi sehingga terjadilah akumulasi
uap air setempat. Ketika ada jalan keluar ke permukaan bumi terjadilah pancaran air
dengan suhu yang cukup tinggi. Contoh geyser yang sangat terkenal terdapat di
Yellow Stone National Park California Amerika Serikat.
Mudah bukan? Sekarang Anda fikirkan apa manfaat pasca vulkanik bagi manusia?
Anda berikan pula beberapa contoh di daerah terdekat. Hasilnya diskusikan dengan
teman; dan laporkan hasil diskusi Anda kepada guru.

F. Manfaat Vulkanisme
Kegiatan gunung berapi memiliki banyak manfaat bagi mahluk hidup khususnya manusia.
Manfaat tersebut di antaranya:
1. Menyuburkan tanah
Pernahkah Anda berfikir kenapa penduduk Indonesia sebagian besar berada di pulau
Jawa? Salah satu alasannya adalah pulau Jawa tanahnya subur. Kesuburan tanah
ini diakibatkan oleh banyaknya gunung api yang terdapat di pulau Jawa. Ini barangkali
salah satu manfaat kegiatan vulkanisme. Kenapa gunung api bisa menyuburkan
tanah?
Ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Abu vulkanik ini pada awalnya
menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka
waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan
ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan
vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah.
2. Bahan galian
Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan gunung api. Pada saat gunung
api masih aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan,
tras, batu apung, dan sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat
dapat dihasilkan bahan tambang seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan
lainnya. Di samping itu banyak pula batuan malihan akibat persinggungan magma
dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan mineral baru yang lebih
berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas.
3. Obyek wisata
Jika Anda pernah mengunjungi kawah Gunung Bromo di Jawa Timur atau Gunung
Tangkuban Perahu di Jawa Barat tentunya Anda akan bisa berceritera indahnya
gunung api. Memang gunung api bisa menjadi obyek wisata alam yang menarik. Di
sini kita bisa menyaksikan kepundan yang menarik, pemandangan yang indah, hawa
yang sejuk dan segar, aroma bau belerang, atau keanehan dan keindahan lain yang
hanya bisa ditemukan di sekitar gunung api.
4. Penangkap air hujan
Gunung api juga bermanfaat sebagai penangkap hujan yang baik. Dengan tanahnya
yang subur, berakibat pada tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan hutan yang
lebat. Ini berarti gunung berapi menjadi tempat reservoir air tanah yang sangat baik.
Hutan lebat ini bisa menghasilkan mata air yang sangat berguna terutama sebagai
sumber air di musim kemarau. Sedangkan musim hujan, hutan dapat menyerap air
dan menahan erosi/longsor sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
Selain memberikan manfaat, ternyata vulkanisme juga membawa permasalahan.
Coba Anda diskusikan dengan teman, apa permasalahan dari vulkanisme? Setelah
berdiskusi dan mendapatkan hasilnya, coba Anda cocokkan dengan uraian berikut!
G. Permasalahan Vulkanisme
Pengaruh kegiatan vulkanisme selain yang menguntungkan tadi, ternyata bisa
menimbulkan masalah terutama terhadap lingkungan di sekitarnya. Gunung api
khususnya saat meletus dapat membahayakan dan mengancam jiwa. Bahaya tersebut
di antaranya:
1. Pada waktu terjadi letusan, semburan lapili, dan pasir panas dapat merusak bangunan,
lahan pertanian, tanaman, bahkan hewan di sekitar gunung api. Abu vulkanik yang
bisa menyebar secara luas juga dapat mengganggu dan membahayakan
penerbangan. Aliran lava dan lahar panas dapat merusak bangunan dan lahan
pertanian yang dilaluinya.
2. Gas beracun yang dikeluarkan pada saat erupsi dapat mengancam mahluk hidup
termasuk manusia. Misalnya pada saat letusan kawah Timbangan dan Sinila tahun
1979, sekitar 149 jiwa manusia meninggal akibat menghirup gas beracun.
18
3. Bahan yang dikeluarkan gunung berapi biasanya menumpuk di puncak dan lerenglereng
gunung. Pada waktu hujan, bahan-bahan ini terbawa oleh air hujan menjadi
lahar dingin. Lahar dingin akan merusak daerah yang dilaluinya, seperti sungai, lahan
pertanian, rumah, dan lain-lain. Misalnya lahar dingin gunung Merapi di Jawa Tengah
sering melanda daerah Magelang dan Yogyakarta.
Sampai di sini bagaimana, bisa dipahami, Jika masih belum, coba Anda baca kembali
terutama bagian yang dianggap sulit. Apabila sudah paham Anda kerjakan latihan berikut
ini. Anda juga boleh mengerjakan latihan sambil berdiskusi dengan teman dekatmu.

KEGIATAN 1
Tidak terasa kini Anda telah selesai mempelajari uraian modul kegiatan satu. Sekarang
jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Permukaan bumi bisa berubah disebabkan oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen.
Jelaskan perbedaan kedua tenaga tersebut!
2. Sebutkan minimal 3 bentuk muka bumi yang ditemukan di daratan!
3. Sebutkan minimal 3 bentuk muka bumi yang ditemukan di lautan!
4. Jika gunung api berhenti meletus (masa istirahat) di sekitar gunung api sering ditemukan gejala pasca vulkanisme. Coba Anda sebutkan 3 gejala pasca vulkanisme tersebut!
5. Jelaskan manfaat vulkanisme bagi kehidupan manusia!
6. Jelaskan masalah yang terjadi pada saat gunung api meletus!
Setelah selesai Anda menjawab tugas 1 ini, cocokkan jawaban Anda dengan kunci tugas
yang terdapat pada akhir modul. Jika Anda mampu menjawab benar semua atau menjawab
benar minimal 4 dari 6 soal tersebut, silakan Anda lanjutkan mempelajari kegiatan belajar 2.
Namun apabila yang benar hanya 3, 2, atau 1 nomor, apalagi salah semua, Anda diharuskan
untuk mempelajari kembali materi kegiatan 1.
Selamat mengerjakan tugas 1

Rehabilitasi Situ untuk Penanggulangan Banjir Dipertanyakan

oleh: Dr. Eng. Supriyanto, M.Si
Staf pengajar Departemen Fisika, FMIPA-UI

Pendahuluan

Kita hidup di bumi ini tidak sendirian. Di sekeliling kita terdapat banyak makhluk yang juga punya hak untuk eksis di muka bumi. Salah satu makhluk yang sangat dekat dengan kita adalah air. Ia ditakdirkan untuk menjadi sesuatu yang sangat urgen bagi hidup dan kehidupan kita. Karenanya, sangatlah pantas bila kita mau mencermati peran dan fungsinya serta menjaga siklus peredarannya agar tetap stabil dalam harmoni yang sempurna dengan alam.

Ketidakmengertian kita akan karakter air terutama bagaimana cara dia bergerak merembes atau meresap ke dalam tanah lewat pori-pori diantara butir-butir tanah, bisa jadi akan mengundang bencana alam yang sangat dahsyat seperti kejadian banjir di awal Februari 2007 di Jakarta. Bappenas memperkirakan potensi kerugian akibat banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 4,1 triliun.

Bencana itu sebenarnya dipicu oleh curah hujan yang cukup lebat selama 3 hari berturut-turut. Seharusnya, air hujan yang turun dari langit diberi jalan untuk masuk ke tanah secepatnya. Tapi apa mau dikata, di atas permukaan tanah telah berdiri banyak bangunan buatan manusia melewati batas keseimbangan. Ini berefek pada semakin mengecilnya kawasan terbuka hijau dimana air hujan bisa meresap ke tanah dengan leluasa. Sebaliknya, kawasan terbangun yang dibangun di wilayah Depok dan DKI Jakarta telah menutupi jalan-jalan air untuk meresap ke dalam tanah. Akibatnya, volume curah hujan yang pada saat itu mencapai rata-rata 235 mm tidak bisa masuk ke dalam tanah.

Kemanakah air itu bergerak? Cuma ada dua instruksi yang dipahami oleh air secara berurutan, yaitu pertama, meresap ke dalam tanah jika memungkinkan; atau kedua, bergerak di permukaan tanah menuju ke tempat yang lebih rendah.

Ketika berada di wilayah yang sebagian besar telah tertutup oleh bangunan, air tak punya cukup waktu dan tenaga untuk merembes ke bawah tanah, maka hanya tersisa satu pilihan baginya yaitu bergerak menuju ke tempat yang lebih rendah. Got, selokan, parit dan sungai adalah jalan-jalan utama aliran air hujan yang telah menjadi air permukaan. Namun karena jumlah dan daya tampung saluran air tadi sangat-sangat terbatas, apalagi jika harus berdesakan dengan sampah-sampah yang berakibat pada pendangkalan dan sumbatan pada saluran, maka dengan terpaksa air harus mengantri mengalir dan menggenangi bangunan-bangunan buatan manusia atau tumpah ruah memenuhi jalan-jalan raya. Kita menyebut fenomena ini dengan istilah banjir. Hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.

Ketika terjadi banjir, genangan air hanya bisa berdiam atau bergerak perlahan selama beberapa jam sampai beberapa hari hingga mendapat giliran melewati sungai. Disisi lain, danau maupun situ-situ yang dikira sebagian orang bisa menampung air hujan atau malah ada yang mengira bisa meresapkan air ke bawah tanah, ternyata sangat-sangat kewalahan menampung air bah. Bukankah pada hari-hari biasa ketika tidak hujan situ-situ itu tidak pernah meresapkan air ke bawah tanah sampai habis? Maka apalagi saat terjadi hujan lebat. Dan memang sebagian besar situ-situ yang tersebar di wilayah Bogor dan Depok tidak akan mampu menahan atau membendung limpahan air hujan yang jatuh di wilayah Bogor dan Depok.

Jadi air hujan tak punya pilihan lagi. Dia terpaksa harus mengalir ke dataran yang lebih rendah menuju Jakarta. Dan terjadilah banjir besar sebagaimana yang kita saksikan dan dirasakan perih oleh para korban. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.



Pergerakan air di bawah tanah

Dalam rangka memberikan pemahaman tentang perjalanan air hujan kepada masyarakat luas, tulisan ini sengaja dibuat dengan dilengkapi ilustrasi gambar-gambar yang semoga dapat mempermudah pemahaman para pembaca. Sebuah gambar diyakini mampu mewakili ribuan kata-kata.

Mari kita mulai dari gambar yang satu ini. Gambar ini memperlihat sebidang tanah alami yang permukaannya ditumbuhi rerumputan dan sebatang pohon besar.





Ketika turun hujan, air hujan mulai membasahi permukaan tanah,


Tanah yang alami dengan tetumbuhan di atasnya menyediakan pori-pori, rongga-rongga dan celah tanah bagi air hujan sehingga air hujan bisa leluasa merembes atau meresap ke dalam tanah. Air itu akan turun hingga kedalaman beberapa puluh meter.



Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).



Karena air tak bisa lagi turun ke bawah, maka air tadi hanya bisa mengisi ruang di antara butiran batuan di atas lapisan aquitard.



Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.



Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan. Dalam suatu laporan disebutkan bahwa dalam kondisi pasca hujan, wilayah bogor mampu menyerap air hujan hingga 60% dari total curah hujan. Sementara wilayah Jakarta hanya mampu menyerap 20% saja. Lalu kemana sisanya? Tentunya jadi air permukaan yang menjelma menjadi banjir.

Kembali lagi ke ilustrasi gambar, permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona saturasi air.



Permukaan zona saturasi — yang tak lain adalah water table tersebut — selalu mengikuti bentuk topografi atau lekuk-lekuk permukaan bumi.

Ada hal kecil yang mungkin anda belum menyadarinya selama ini. Kita sejak kecil diajarkan bahwa sumber air sungai berasal dari mata air yang terdapat di pegunungan atau dataran tinggi. Coba amati sekali lagi gambar di atas. Bukankah anda lihat di gambar itu kalau permukaan air sungai bersesuaian dengan permukaan water table? dan bukankah water table itu terkoneksi dalam satu sistem dengan water table pada dataran di kiri dan kanan sungai? Jawabannya adalah Ya. Lalu apa artinya? Itu berarti air sungai tidak hanya berasal dari mata air pegunungan, melainkan ia juga disuplai dari water table pada dataran tinggi akibat tekanan hidrostatik. Yaitu suatu tekanan yang muncul akibat perbedaan ketinggian permukaan water table di sungai dan di daratan.



Posisi permukaan water table di tiap musim

Pada musim kemarau, permukaan water table akan turun hingga beberapa meter, mengakibatkan sumur-sumur penduduk menjadi kering dan sungai-sungai menjadi dangkal dan akhirnya kering. Sungai yang kering tidak lain sebagai akibat dari permukaan water table yang tidak lagi mencapai badan sungai. Melainkan sudah berada di bawah badan sungai.



Sementara itu, pada musim penghujan, permukaan water table meninggi, mengisi sumur-sumur penduduk dan bahkan bisa meluapkan sungai-sungai.



Logika yang kita dapat

Seandainya di permukaan tanah masih banyak lahan terbuka yang ditumbuhi tanaman, maka air hujan akan sangat mudah meresap ke bawah tanah dan meninggikan water table. Kalau boleh disebut tangki air, maka berdasarkan model di atas yang bertindak sebagai tangki air adalah kawasan dataran tinggi di kiri-kanan aliran sungai. Kawasan inilah yang sangat potensial meresapkan air. Sementara sungai-sungai berperan sebagai jalan tol yang mempercepat perjalanan air menuju dataran rendah. Hampir tak ada peresapan air di sepanjang aliran sungai. Jadi air hujan akan cepat meresap ke dalam tanah jika dan hanya jika ia jatuh di kawasan terbuka hijau.

Akan tetapi apabila permukaan tanah telah penuh sesak dengan bangunan bikinan manusia termasuk sarana jalan raya, maka porsi curah air hujan akan lebih banyak menjadi air permukaan yang akan segera menuju jalan tol (baca=sungai) lalu bergerak ke tempat yang lebih rendah dalam jumlah yang teramat besar.



Penutup: apakah sungai dan danau/situ dapat meresapkan air?

Kalau kita perhatikan dengan teliti, permukaan water table di aliran sungai selalu lebih rendah dibandingkan dengan permukaan water table di kiri-kanan sungai. Hal yang sama terjadi pula di lingkungan danau, telaga maupun situ-situ. Alih-alih untuk meresapkan air ke bawah tanah, justru pada kenyataannya, sering dijumpai pada lingkungan danau atau telaga atau situ sumber-sumber mata air yang menandakan air keluar dari bawah tanah akibat tekanan hidrostatik. Secara hidrologi, rasanya sulit sekali untuk membuktikan adanya daerah resapan air di sungai dan danau/situ.

Jadi kalau ada anggapan, sebagaimana tertulis dalam harian Republika, bahwa dengan proyek sebesar Rp 17.8 milyar akan mampu mengubah fungsi danau atau situ yang semula sebagai daerah mata air atau sumber air atau hanya tampungan air, dan ingin direhabilitasi sehingga mampu meresapkan air, saya kira anggapan semacam ini bertentangan dengan tanda-tanda alam sebagaimana uraian di atas. Walaupun tidak menutup adanya kemungkinan yang teramat sangat kecil terjadinya resapan air di lingkungan danau/situ. Tapi justru pertanyaannya, kenapa demi kemungkinan yang sangat kecil itu dana Rp 17.8 milyar bisa mudah mengucur? Ada apa dibalik ini semua?

Referensi:

1. GEODe II, Geologic Explorations on Disk, Produced by Tasa Graphics Art Inc, Prentice Hall
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007
3. http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=123927
4. http://www.monitordepok.com/news/berita-utama/12048.html