Setelah mempelajari kegiatan ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pengaruh
muka bumi terhadap kehidupan, dan menjelaskan persebaran bentuk muka bumi,
serta potensinya sebagai penunjang kehidupan.
Tanpa terasa kini Anda sudah memasuki kegiatan belajar 3. Tentu saja dari
kegiatan 1 Anda sudah belajar banyak tentang pegunungan, gunung, dataran
rendah, dataran tinggi, atau lembah yang merupakan hasil aktivitas tenaga
endogen. Kemudian dalam kegiatan 2 Anda sudah belajar tentang tenaga eksogen
terutama proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Tenaga endogen dan eksogen ini telahmembentuk permukaan bumi yang begitu kompleks. Pada kegiatan 3 ini Anda akan
mempelajari tentang bagaimana pengaruh bentuk, persebaran, dan potensi muka bumi
terhadap kehidupan manusia.
A. Pengaruh Bentuk Muka Bumi terhadap Kehidupan
Seperti telah Anda pelajari dalam pembahasan sebelumnya bahwa permukaan bumi
mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun revolusi (cepat). Perubahan
ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen. Terbentuknya pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga endogen.
Begitu pula proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi sebagai tenaga eksogen
berpengaruh terhadap pembentukan muka bumi. Adanya keragaman bentuk muka bumi
ini menyebabkan perbedaan berbagai aspek, antara lain : iklim, kesuburan tanah, tata
air, dan unsur-unsur lainnya.
Perbedaan semua aspek tersebut tentu saja berpengaruh terhadap mahluk hidup
(tumbuhan, hewan, dan manusia) di sekitarnya. Pernahkah Anda berfikir, kenapa hampir
di setiap daerah memiliki kekhasan tumbuhan, hewan, dan juga kehidupan manusia.
Mengapa pohon kurma hanya tumbuh subur di daerah Arab (padang pasir)? Mengapa
pohon teh dan kopi tumbuh subur di daerah pegunungan? Mengapa Jerapah lehernya
panjang? Mengapa orang Eskimo selalu memakai baju tebal? Atau mengapa kebiasaan
nelayan menangkap ikan pada malam hari padahal secara logika lebih terang pada
siang hari? Dan mungkin banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa di benak Anda.
Semua gejala itu merupakan adaptasi atau penyesuaian mahluk hidup terhadap alam
sekitarnya.
Memang mahluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Atau lebih
khususnya mahluk hidup juga tidak bisa bertahan hidup apabila tidak bisa menyesuaikan
diri dengan alam sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa orang Eskimo memakai baju
tebal, karena di sana iklimnya dingin. Begitu pula para nelayan menangkap ikan di malam hari karena angin darat yang berhembus ke laut membantu mereka dalam perjalanan ke tengah laut.
Akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap lingkungan ini melahirkan kebiasaan
yang berbeda. Corak kehidupan di daerah pegunungan berbeda dengan manusia yang
tinggal di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Pada bahasan kali ini kita fokuskan
pada pengaruh bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan dan
dataran rendah dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian, bentuk
rumah, dan sistem transportasi.
1. Kehidupan di daerah pegunungan
Bagi Anda yang tinggal di daerah pegunungan tentunya bisa berceritera banyak
tentang kehidupan manusia di sekitarnya. Pegunungan atau gunung memiliki iklim
yang sejuk. Karena angin yang datang dari arah laut setelah mencapai daerah
pegunungan dan gunung, naik ke atas. Akhirnya angin menjadi lebih dingin, sehingga
menimbulkan awan terjadilah hujan di sekitarnya.
Banyaknya hujan ini di samping tanahnya subur (banyak mengandung humus)
menimbulkan tumbuh suburnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan lebat dengan
berbagai jenis tumbuhan subur. Adanya hutan lebat ini menahan terjadinya tanah
longsor dan banjir di saat terjadinya hujan. Hutan juga dapat menyimpan air, sehingga
di sekitarnya banyak ditemukan mata air yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup.
Hutan juga berfungsi menetralisir polusi udara. Oleh karena itu hutan terutama hutan
tropis sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Secara umum daerah pegunungan dapat digolongkan menjadi dua yaitu daerah
pegunungan rendah dan daerah pegunungan tinggi. Daerah pegunungan rendah
memiliki ketinggian berkisar 600 s.d. 1.500 meter, sedangkan daerah pegunungan
tinggi memiliki ketinggian sekitar 1.500 s.d. 2.500 meter di atas permukaan laur.
Adanya perbedaan ketinggian ini tentu saja berpengaruh terhadap iklim. Daerah
pegunungan rendah memiliki suhu antara 17 s.d. 22 derajat Celcius, sehingga daerah
ini sering disebut daerah sedang. Daerah seperti ini misalnya di pegunungan Sulawesi
Utara, Pegunungan Kidul, Pegunungan Muler, dan daerah lainnya. Daerah
pegunungan tinggi memiliki suhu udara yang sejuk yaitu berkisar antara 11 s.d. 17
derajat Celcius. Daerah seperti ini contohnya di Dataran Tinggi Bandung, Bukit
Barisan, Pegunungan Dieng, Pegunungan Tengger, dan daerah lainnya. Karena suhu
udaranya yang sejuk ini, pakaian penduduk biasanya tebal.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan untuk berbagai kebutuhan
manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan, mebel, bahan kertas, dan lainnya.
Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan rotan, buah-buahan, getah, dan lainlain.
Oleh karena itu penduduk sekitar hutan banyak yang bermata pencaharian
mencari hasil hutan, seperti kayu bakar, kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah
untuk dijual ke daerah perkotaan.
Di daerah pegunungan juga dihasilkan bahan tambang, seperti biji besi, tembaga,
nikel, timah putih, emas, perak dan jenis bahan tambang lainnya.Tambang belerang
juga umumnya ditemukan di daerah sekitar gunung api. Adanya jenis bahan tambang
ini tentu juga berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk setempat. Di sekitar
daerah pertambangan, banyak penduduk yang bermatapencaharian menjadi buruh
tambang. Bakan tidak sedikit di antara mereka bertindak sebagai penambang liar.
Misalnya di daerah Kalimantan Tengah ditemukan daerah penambangan emas liar
yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang subur, karena disamping daerah
vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kesuburan tanah ini berpengaruh
terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya. Umumnya penduduk daerah
pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan perkebunan. Tanaman
yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran, dan berbagai jenis buahbuahan.
Di daerah pegunungan rendah banyak pula yang menanam padi dan
tembakau sebagai mata pencaharian mereka. Hasil pertanian dan perkebunan ini
selain mereka konsumsi sendiri, juga dijual ke daerah perkotaan dalam memenuhi
keperluan hidup mereka.
Kebiasaan penduduk di daerah pegunungan menyesuaikan dengan alam sekitar
mereka. Di daerah pegunungan tinggi biasanya memakai pakaian yang tebal terutama
pada malam dan pagi hari, karena suhu udara terasa dingin. Rumah mereka biasanya
dibangun di lereng. Rumah di daerah tinggi yang dingin dibuat tertutup agar hangat.
Sedangkan di daerah rendah dibuat terbuka dengan ventilasi lebar agar udara dapat
bebas bersirkulasi. Umumnya rumah mereka mengelompok pada daerah yang agak
datar. Pengelompokan perumahan ini biasanya membentuk ikatan kekeluargaan
yang erat, sehingga kehidupan mereka tampak rukun dan damai. Di daerah
pegunungan rendah rumah biasanya dibangun pada sebuah dataran tinggi, sehingga
dapat menampung penduduk yang relatif banyak. Biasanya daerah pegunungan
rendah ini penduduknya lebih padat dibandingkan daerah pegunungan tinggi.
Gambar 15. Jalan Raya Kawasan Puncak Bogor.
Daerah pegunungan memiliki alam yang berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukit
dipisahkan oleh lembah, lereng atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang
menguntungkan dalam bidang transportasi. Untuk berjalan kaki saja dirasakan berat,
karena harus mendaki (naik dan turun). Oleh karena itu pembangunan jalan raya
atau jalan kereta api relatif sulit dan memerlukan biaya besar. Namum jika daerah
pegunungan berhasil dibangun jalan raya atau jalan kereta, hasilnya sangat menarik.
Misalnya jalan raya di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat yang berkelok-kelok,
apabila dilihat dari bagian atas atau dari udara sungguh indah. Begitu pula jalan
kereta api di sekitar Purwakarta Jawa Barat atau Lembah Anai Sumatera Barat tampak
indah dihiasi banyaknya jembatan yang menghubungkan antar bukit, bahkan jalan
kereta api harus menembus gunung (terowongan). Adakah di daerah Anda jalan
yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah atau bukit-bukit yang
dihubungkan dengan jembatan atau terowongan?
Sampai di sini bisa dipahami? Jika masih belum paham, coba baca kembali terutama
bagian yang dianggap sulit. Apabila sudah paham, mari kita lanjutkan pada kehidupan
di daerah dataran rendah.
2. Kehidupan di daerah dataran rendah
Umumnya dataran rendah di Indonesia merupakan dataran hasil endapan oleh air,
atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial, tanahnya subur dan
sangat baik untuk daerah pertanian, perkebunan, pemukiman, atau juga untuk industri.
Apalagi daerah seperti ini yang dialiri sungai dapat lebih memenuhi kebutuhan air
tawar untuk pertanian, perumahan, dan juga industri. Kalau kita membuka sejarah,
memang nenek moyang kita umumnya hidup di sekitar aliran sungai. Oleh karena
itu biasanya daerah yang dekat dengan aliran sungai penduduknya padat sehingga
banyak daerah pinggir sungai yang berkembang menjadi kota.
Bahan endapan aluvium mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Karena
itu di wilayah ini mempunyai air tanah yang banyak. Hal ini dapat kita perhatikan
daerah di sekitar Jakarta. Di Jakarta penduduknya padat. Hampir semua rumah
memiliki dan menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi untuk
industri, perkantoran, atau hotel memerlukan air tanah yang sangat banyak. Bisa
dibayangkan berapa juta liter air yang disedot setiap harinya di areal Jakarta.
Umumnya dataran rendah dan delta sangat baik untuk lahan pertanian. Pengolahan
tanah bisa lebih mudah karena tanahnya datar dan tidak keras. Pengaturan air, dan
transportasinya juga lebih mudah bila dibandingkan daerah dataran tinggi. Karena
itu di daerah ini mata pencaharian penduduknya banyak yang bertani. Tanaman
yang cocok adalah padi, tebu, jagung, kelapa, dan palawija. Umumnya pertanian di
daerah ini memiliki areal yang luas dan bisa menghasilkan produksi pertanian yang
besar. Misalnya di jalur pantai Utara Jawa Barat merupakan salah satu penghasil
padi terbesar, sehingga sering disebut lumbung padi nasional.
Daerah dataran rendah juga dapat berupa daerah pantai. Umumnya penduduk yang
tinggal di sekitar pantai bermatapencaharian sebagai nelayan. Ada pula di beberapa
daerah para nelayan selain menangkap ikan laut, mereka juga membudidayakan
tambak. Misalnya di pantai Timur Sumatera dan pantai Utara Jawa tidak sedikit para
nelayan yang membudidayakan tambak udang. Lain halnya dengan di sekitar pantai
curam, seperti di pantai Selatan Pulau Jawa, penduduknya selain sebagai nelayan
juga bercocok tanam.
Dalam kenyataannya tidak semua dataran rendah tanahnya subur. Daerah rawarawa,
seperti di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya tanahnya tidak subur.
Karena terlalu lama tergenang oleh air, sehingga unsur haranya sudah habis tercuci.
Daerah rawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian kecil rawarawa
yang dimanfaatkan sebagai sawah pasang surut atau dijadikan tambak udang,
misalnya di rawa-rawa sempit daerah Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah
lainnya.
Dataran rendah mempunyai ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut.
Suhu udaranya berkisar antara 22 s.d. 27 derajat Celcius, sehingga termasuk daerah
panas. Di Indonesia banyak ditemukan daerah dataran rendah, misalnya pantai Timur
Sumatera, pantai Utara Pulau Jawa, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, pantai
Utara Irian Jaya, dan banyak lagi daerah lainnya. Karena udaranya panas, biasanya
bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak, sehingga
memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang relatif tipis
dan sejuk. Mereka biasanya menghindari pakaian dari bahan yang tebal.
Dataran rendah umumnya berpenduduk padat. Begitu pula kota-kota besar juga
umumnya berada di dataran rendah. Sebut saja kota Jakarta, Medan, Semarang,
Surabaya, Banjarmasin, dan banyak lagi kota lainnya semuanya berada di dataran
rendah. Barangkali Anda bertanya kenapa hampir semua kota berada di dataran
rendah, tidak di pegunungan? Dataran rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga mudah dibangun, tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup. Semua itu mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Karena itu dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata
pencaharian penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang, industri, maupun bergerak dalam bidang jasa.
Pembangunan sarana transportasi di dataran rendah juga lebih menguntungkan.
Perjalanan bisa lebih cepat karena jalannya lurus dan tidak mendaki. Biaya
pembuatan dan pemeliharaan jalan juga lebih murah dan mudah. Tidak heran di
dataran rendah banyak ditemukan jenis sarana transportasi, mulai dari sepeda, beca,
motor, mobil, kereta api, pesawat udara, dan lain-lain. Di sebagian dataran rendah
juga banyak yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Misalnya di
daerah Sumatera dan Kalimantan banyak penduduk yang menggunakan perahu
sebagai sarana transportasi di sungai.
Untuk lebih memahami tentang materi ini, coba Anda analisa daerah di sekitar tempat
tinggalmu, apakah daerah dataran rendah atau dataran tinggi. Kemudian jelaskan
bagaimana keadaan alamnya, tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian,
bentuk rumah, dan sistem transportasi. Selanjutnya diskusikan hasilnya dengan teman
dekatmu, kemudian laporkan hasilnya pada gurumu.
B. Sebaran Bentuk Muka Bumi dan Potensinya
1. Sebaran bentuk muka bumi
Melalui pembahasan sebelumnya Anda sudah paham bahwa bentuk muka bumi
tidak sama. Muka bumi kita ada yang merupakan daerah pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, lembah, dan lain-lain. Perbedaan bentuk muka bumi
ini sebenarnya merupakan potensi penunjang kehidupan manusia.
Dengan memperhatikan peta di bawah ini, Anda bisa membandingkan bentuk muka
bumi dan sebarannya. Coba Anda analisa di mana sebaran dataran rendah,
pegunungan sedang, pegunungan tinggi, atau daerah-daerah lainnya yang dapat
Anda analisa dari peta di bawah ini! Hasilnya diskusikan dengan temanmu!
Gambar 17. Peta Indonesia dan persebaran bentuk muka bumi.
2. Potensi lahan bagi kehidupan
Sebaran bentuk muka bumi berpengaruh terhadap cara pemanfaatan lahan, baik
untuk keperluan pertanian, industri, pemukiman, perdagangan dan keperluan lainnya.
Oleh karena itu pengetahuan tentang bentuk muka bumi ini sangat penting artinya
dalam menunjang kehidupan manusia.
Lahan (land) merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik ini bisa berupa relief/topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik adalah tumbuhan, hewan, dan manusia. Secara umum lahan ini dapat digolongkan
pada 2 jenis yaitu lahan potensial dan lahan kritis.
a. Lahan potensial
Lahan potensial bisa diartikan sejauh mana sebuah tanah bisa bermanfaat secara
optimal bagi kehidupan manusia. Ini berarti lahan ini tidak hanya berhubungan
dengan bercocok tanam tetapi bisa untuk keperluan lain yang bermanfaat.
Misalnya sebidang tanah bisa saja tidak potensial untuk dijadikan bercocok tanam
(pertanian), tetapi sangat potensial dijadikan pemukiman atau daerah industri.
Kriteria mengukur lahan potensial tentu saja tidak sama disesuaikan dengan
bentuk muka bumi. Berikut ini kita bahas potensi lahan pertanian di daerah
pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1) Daerah pegunungan
Lahan potensial di daerah pegunungan memiliki kemiringan antara 15 s.d.
30% dengan ketinggian 10 s.d. 300 meter dari permukaan laut. Daerah ini
intensitas erosi relatif kecil walaupun curah hujannya besar. Kesuburan tanah
bergantung pada batuan induk pembentukan pegunungan serta tingkat
pelapukannya. Jika batuan dari hasil vulkanisme, maka tanahnya cukup subur.
Daerah potensial pegunungan ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai daerah
perkebunan. Hambatan daerah ini antara lain bahaya longsor, erosi, atau
tanah rayap. Usaha penanggulangannya dapat menanam pohon pelindung,
teknik pengolahan tanah (sengkedan), dan lain-lain.
2) Daerah dataran rendah
Lahan potensial di daerah dataran rendah memiliki ciri, di antaranya
kemiringan antara 3 s.d. 15% dengan perbedaan ketinggian antara 5 s.d. 10
meter dari permukaan laut. Lahan ini relatif memiliki pengikisan yang kecil,
sedangkan tata airnya cukup baik. Umumnya tanah merupakan hasil endapan
aluvial hasil erosi yang diangkut oleh air sungai yang mengalir dari daerah
vulkanis, sehingga tanah ini memiliki kesuburan yang tinggi.
Lahan ini sangat baik dimanfaatkan untuk pertanian intensif. Kendalanya
adalah terutama adanya gangguan genangan air yang cukup lama, apalagi
setelah banjir. Penanggulangannya perlu dilakukan penggunaan tanah secara
teratur disesuaikan dengan kondisi fisis setempat dan pembuatan atau
perbaikan saluran air.
3) Daerah pantai
Lahan potensial di daerah pantai memiliki kemiringan kurang dari 3% dan
perbedaan tinggi kurang dari 5 meter, serta umumnya terdapat pada pantai
yang datar. Adanya kemiringan dan perbedaan tinggi rendah, maka lahan
pantai ini terletak pada daerah pasang surut air laut. Karena subur, daerah
ini banyak ditumbuhi pohon bakau. Hutan bakau ini sangat bermanfaat untuk
menahan abrasi dan mencegah perembesan air laut.
Gambar 18. Usaha tambak udang.
Lahan potensial di daerah pantai dapat dimanfaatkan untuk usaha tambak
udang dan bandeng. Kendalanya adalah adanya pasang surut air. Tetapi
dengan membuat sistem saluran dan pengaturan air yang tepat dapat
mengatasi kendala tersebut. Selain itu daerah ini bisa dimanfaatkan untuk
usaha penggaraman dan usaha wisata bahari.
Tampaknya materi kita makin menarik. Silakan Anda menarik nafas sejenak,
merenggangkan otot, atau boleh minum kopi atau teh untuk menyegarkan
tubuh. Jika sudah, mari kita lanjutkan pada lahan kritis.
b. Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang, baik
dalam bidang pertanian, industri, pemukiman, atau keperluan lainnya. Jika lahan
kritis dihubungkan dengan pertanian, maka lahan kritis yang dimaksud adalah
lahan tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi. Di lahan kritis biasanya
sifat-sifat fisik dan kimia tanah sudah hilang. Begitu pula hampir seluruh lapisan
tanah paling atas (lapisan subur) juga sudah hilang. Hal ini disebabkan oleh
cepatnya proses erosi dan transportasi pada tanah tersebut, sementara proses
pembentukan tanah memakan waktu yang relatif lama. Berikut ini kita bahas
lahan kritis di daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1) Daerah pegunungan
Lahan kritis di daerah pegunungan disebabkan oleh adanya longsor, erosi,
atau tanah rayap. Lapisan tanah yang paling atasnya hampir habis. Sisanya
tinggal tanah tandus bahkan dalam bentuk tanah cadas (keras). Lahan kritis
ini banyak dijumpai di lereng terjal dengan tanah terbuka dan tandus, atau di
pegunungan yang hutannya sudah rusak.
2) Daerah dataran rendah
Di dataran rendah juga ditemukan lahan kritis. Lahan ini biasanya disebabkan oleh genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan tertentu yang menutupi lapisan tanah yang subur. Penyebab utamanya adalah tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga ketika hujan terjadi air tidak bisa mengalir dan tergenang di daerah itu.
3) Daerah pantai
Terjadinya abrasi biasanya menyebabkan terjadinya lahan kritis di sekitar pantai, karena lapisan sedimen akan hancur dan lenyap. Kejadian ini biasanya terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut besar. Lahan kritis terjadi karena ketidakseimbangan pemanfaatan dan pengolahan atau kecerobohan dalam pengolahan lahan. Oleh karena itu lahan kritis sebenarnya bisa ditanggulangi, di antaranya dengan cara mencegah penebangan hutan yang berlebihan, reboisasi (penanaman kembali pohon) pemupukan yang seimbang terutama penggunaan pupuk alami, serta pengolahan tanah yang tepat, misalnya dengan membuat sengkedan.
Tidak terasa kini Anda telah menyelesaikan modul ini. Bagaimana, Anda bisa paham? Jika belum paham coba ulangi sekali lagi! Nah, kalau sudah paham silakan Anda kerjakan tugas 3!
KEGIATAN 3
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Coba Anda jelaskan mata pencaharian penduduk di daerah pegunungan!
2. Apa kesulitan membangun sarana transportasi di daerah pegunungan?
3. Sebutkan 3 contoh dataran rendah yang ada di Indonesia!
4. Mengapa dataran rendah kandungan air tanahnya banyak?
5. Apa sebabnya daerah rawa kurang cocok untuk bercocok tanam?
6. Apa yang disebut dengan lahan potensial?
7. Jelaskan manfaat lahan potensial di daerah pantai!
8. Jelaskan upaya untuk menanggulangi lahan kritis!
Setelah Anda selesai menjawab tugas 3 ini, cocokkan jawaban Anda dengan kunci tugas
yang terdapat pada akhir modul. Jika Anda mampu menjawab benar semua atau menjawab
benar minimal 6 dari 8 soal tersebut, selamat! Silakan Anda minta tes akhir modul pada guru
bina. Namun apabila masih belum mencapai minimal 6 soal yang benar apalagi salah semua,
Anda diharuskan untuk mempelajari kembali materi kegiatan 3.
Selamat mengerjakan tugas 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar