Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang berinteraksi melakukan kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Soerjono Soekanto (2003), kata “kontak” berasal dari bahasa Latin, yaitu berasal dari kata con dan tangere. Kata con berarti bersama-sama sedangkan tangere mengandung pengertian menyentuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontak berarti bersamasama saling menyentuh secara fisik. Dalam pengertian gejala sosial, kontak sosial ini dapat berarti hubungan masing-masing pihak tidak hanya secara langsung bersentuhan secara fisik, tetapi bisa juga tanpa hubungan secara fisik. Misalnya, kontak dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, sms, dan lain-lain. Dengan demikian hubungan fisik bukan syarat utama terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak yang bersifat positif akan mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak yang bersifat negatif akan mengarah pada suatu pertentangan. Menurut Karl Mannheim, kontak dapat dibedakan ke dalam dua bagian,
1. Kontak primer adalah kontak yang dikembangkan dalam media tatap muka.
2. Kontak sekunder terjadi tidak dalam media tatap muka dan ditandai dengan adanya jarak.
- Kontak Sekunder langsung, yaitu kontak yang terjadi antara masing-masing pihak melalui alat tertentu seperti telepon, internet, surat, sms, dan lain-lain.
- Kontak Sekunder tidak langsung, yaitu kontak yang memerlukan pihak ketiga.
Faktor–Faktor Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial berdasarkan kepada beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
Faktor Imitasi
Menurut Gabriel Tarde, imitasi berasal dari kata imitation, yang berarti peniruan. Meskipun manusia memiliki pola dasar masing-masing yang uni (individualis), tetap saja dalam diri manusia ada keinginan untuk meniru seperti orang lain atau kelompok. Dengan demikian , imitasi merupakan proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Untuk dapat meniru, menurut Choros ada syarat-syarat tertentu, antara lain:
1. Harus menaruh minat terhadap sesuatu yang akan diimitasi. Minat merupakan syarat dasar dari tiap individu untuk melakukan imitasi. Mustahil melakukan imitasi kepada objek yang tidak disukai.
2. Selain menaruh minat, langkah selanjutnya adalah mengagumi hal-hal yang akan diimitasi. Makna mengagumi adalah sebuah langkah yang lebih tinggi tingkatan dibanding dengan hanya menyukai
3. Harus memberikan penghargaan sosial yang tinggi terhadap objek yang akan menjadi objek imitasi kita.
4. Syarat yang terakhir, pihak yang akan melakukan imitasi harus memiliki pengetahuan tentang pihak atau sesuatu yang akan diimitasi.
Faktor imitasi akan memunculkan dampak positif dan negatif. Dampak positif kalau yang diimitasinya itu berupa kaidah-kaidah (norma) dan perilaku yang baik. Sebaliknya imitasi ini akan berdampak negatif kalau yang ditiru itu berupa perilaku yang tidak baik. Selain itu imitasi juga bisa melemahkan daya kreasi seseorang.Saat ini banyak para remaja ataupun artis yang meniru (mengimitasi) cara berpakaian, model rambut, cara bicara dari artis-artis terkenal dari Barat maupun Asia Timur.
Faktor Sugesti
Sugesti artinya pengaruh yang dapat menggerakan hati orang. Faktor sugesti ini akan terjadi apabila kemampuan berpikir seseorang terhambat sehingga orang itu melakukan pandangan orang lain. Selain itu sugesti akan terjadi kalau orang yang memberi sugesti memiliki wibawa/terpandang dibidangnya atau juga sugesti itu terjadi jika pandangan itu didukung oleh sebagian orang (mayoritas).
Faktor Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Faktor identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi ini. Proses ini dapat berlangsung dengan sendirinya, sehingga pandangan dan sikap orang lain bisa masuk ke dalam jiwanya.
Faktor Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Simpati akan muncul melalui perasaan yang memegang peranan sangat penting. Faktor simpati yang utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerjasama dengan orang lain.
Pembentukan Kepribadian
Kepribadian bukan suatu kesatuan dalam diri individu saja, melainkan juga harus dikaitkan atau dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Melalui sosialisasi setiap orang menjadi tahu bagaimana harus berperilaku di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Proses sosialisasi akan mewarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Faktor yang menentukan kepribadian seseorang,
1. Faktor Keturunan (Warisan Biologis)
Keturunan sangat penting artinya dalam menentukan pembentukan kepribadian seseorang. Hal ini terjadi karena faktor itu secara relatif tidak mengalami perubahan.
2. Faktor Lingkungan Alam (Geografis)
Faktor geografis dapat menentukan corak kepribadian setiap orang. Lingkungan geografis yang berbeda seperti di pegunungan, pedesaan, tepi pantai, dan perkotaan akan melahirkan kepribadian yang berbeda-beda. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai yang panas seringkali menunjukkan kepribadian yang keras dan lugas. Berbeda halnya dengan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, kepribadiannya cenderung lebih lembut, ramah, dan penuh basa-basi. Secara nyata, perbedaan tersebut juga tampak pada masyarakat pedesaan dan perkotaan.
3. Faktor Lingkungan Kebudayaan
Lingkungan kebudayaan turut memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang karena setiap lingkungan kebudayaan memiliki batasan dan aturan tingkah laku tertentu. Aturan tersebut cenderung membentuk pola kepribadian tertentu yang menunjukkan lingkungan kebudayaan tempat seseorang hidup.
4. Faktor Lingkungan Sosial
Setiap anggota kelompok memiliki peran yang diwariskan kepada anggota kelompoknya. Kelompok manusia yang pertama adalah keluarga, tetangga, teman sepermainan, dan lingkungan sekitar. Tiap kelompok itu dihadapkan pada nilai, norma, adat-istiadat, kebudayaan, dan lain sebagainya. Disadari atau tidak, mereka memengaruhi yanglainnyauntukmenyesuaikandiriterhadap kelompoknya.
Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain sehingga timbullah kepribadian yang khas dari anggota masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Karena masing faktor berbeda dan memiliki sifat khusus, maka kepribadian memberikan suatu identitas kepada seseorang sebagai individu yang unik.
Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
Proses-Proses Assosiatif
Proses ini terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan suatu interaksi sosial yang memiliki kesamaan pandangan dan tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan pandangan. Proses ini terdiri atas tiga bentuk,
1. Kerjasama
Kerjasama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara seseorang atau kelompok dalam mencapai satu tujuan yang sama. Bentuk kerjasama ini dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah gotong royong. Gotong royong pada dasarnya mencerminkan suatu interaksi sosial masyarakat Indonesia dalam wujud kerjasama. Saat ini negara - negara di dunia saling bekerjasama untuk mencegah bencana yang diakibatkan oleh pemanasan global (Global Warming).
2. Akomodasi
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi sama artinya dengan pengertian adaptasi. Dari pengertian ini dimaksudkan bahwa orang mula-mula saling bertentangan saling menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan. Misalnya, proses akomodasi dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) melalui perjanjian damai. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Dalam pelaksanaannya, akomodasi memiliki beberapa bentuk yaitu koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate, dan ajudikasi.
3. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan - perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok - kelompok manusia. Dalam proses asimilasi, setiap orang mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan - kepentingan serta tujuan kelompok. Proses asimilasi dapat dengan mudah terjadi melalui beberapa cara, antara lain dengan sikap toleransi, sikap saling menghargai orang lain dan kebudayaannya, sikap terbuka dari penguasa, persamaan dalam unsur - unsur kebudayaan, perkawinan campuran, dan adanya musuh bersama dari luar. Budaya betawi merupakan asimilasi dari berbagai kebudayaan, baik Cina, Jawa, Portugis, dan Islam.
Proses-proses Disossiatif
Proses-proses disossiatif sering disebut sebagai proses yang bersifat oposisi. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ada beberapa macam bentuk proses disossiatif yaitu sebagai berikut.
1. Persaingan atau Kompetisi
Persaingan adalah suatu proses sosial individu atau kelompok yang bersaing untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu. Di dalam persaingan ini ada dua jenis, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan kelompok. Dalam pelaksanaannya, persaingan ini memiliki beberapa bentuk, yaitu persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras, persaingan kekuasaan, dan lain sebagainya. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat berfungsi sebagai:
- Menyalurkan keinginan-keinginan individu dan kelompok yang bersifat kompetitif;
- sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing;
- untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya;
- untuk menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
2. Kontravensi
Kontraversi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ini ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang. Dengan kata lain kontraversi merupakan suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur - unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, ada lima bentuk kontravensi, yaitu:
- Umumnya meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
- Sederhananya seperti menyangkal pernyataan orang lain, memaki-maki melalui surat, sms, mencerca, dan lain-lain
- Secara intensif mencakup penghasutan, menyebarkan gosif, dan lain-lain
- Konteks Kerahasiaan, umpamanya membocorkan rahasia kepada pihak lain, berkianat, dan sebagainya
- Pada sifat taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan fihak lain, dan lain-lain
3. Pertentangan (Pertikaian atau Konflik)
Pribadi seseorang ataupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga dapat menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Pertentangan adalah suatu proses di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Faktor yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara lain perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
THANKS YA GAN
BalasHapus